4 April 2011

Sejarah Pendidikan Islam


A.    Sistem Pendidikan yang di Kembangkan Oleh Pemerintahan Belanda
Pemerintah Belanda mulai menjajah Indonesia pada tahun 1619 M, yaitu ketika Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta. Belanda melakukan proses westernisasi di Indonesia. Dibidang pendidikan, mereka memperkenalkan sistem dan metode beru, walaupun hanya sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan merreka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka mendatangkan tenga dari barat.[1]
Pembaruan pendidikan yang mereka lakukan dikenal dengan istilah westernisasi dan kristenisasi, yaitu untuk kepentingan Barat dan Nasrani. Kedua motif ini mewarnai kebijaksanaan penjajah Barat di Indonesia selama kurang 3,5 abad.
Bukan hanya itu, sebagai bangsa penjajah mereka juga menganut pemikiran Machiavelli yang mengatakan bahwa:
-          Agama sangat diperlukan bagi pemerintah penjajah.
-          Agama tersebut dipakai untuk menjinakkan dan menaklukan rakyat.
-          Setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh pemeluk agama yang bersangkutan harus dibawa untuk memecah belah agar mereka berbuat untuk mencari bantuan kepada pemerintah.
-          Janji dengan rakyat tidak perlu ditepati jika merugikan.
-          Tujuan dapat menghalalkan segala cara.[2]
Dengan demikian jelaslah bahwa dari dua motif dan paham pemikiran yanng mereka anut, membuat Indonesia menjadi tertinggal dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tujuan pemerintah Belanda menjajajh Indonesia, disamping untuk mendapatkan rempah-rempah dan kekayaan yang lain, mereka juga menanamkan sistem pendidikan westernisasi dan kristenisasi. Ini menandakan bahwa Indonesia pada waktu itu memang benar-benar tertinggal dari pendidikan.
Bisa kita bayangkan, dalam jangka waktu yang lama (3,5 tahun) Indonesia di jajah oleh Belanda bukan menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang maju dalam bidang  pendidikan, namun malah sebaliknya. Itu semua disebabkan oleh jajahan Belanda yang dilakukan tanpa henti. Mereka hanya berpikir bagaimana caranya mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya dari Indonesia.
Segala cara yang mereka miliki digunakan untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka yang menggukan pola pikir Machiavelli yang salah satunya adalah tujuan menghalalkan segala cara. Sehingga banyak dari rakyat Indonesia pada waktu itu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dari penjajah tersebut.
Namun kedatangan dan aksi Belanda pada waktu itu dilawan oleh Sultan Agung Mataram yang bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatullah Sayidin Panotogomo. Tapi walaupun demikian Belanda dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari tokoh politik dan agama Indonesia, yaitu pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teungki Cik Di Tiro, Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin dan masih banyak lagi. Keberhasilan Belanda ini menjadikan sejarah kolonialisme baru di Indonesia mengalami fase yang baru, yaitu Belanda secara politik menguasai Indonesia.
Untuk membendung pengaruh Islam, pemerintah Belanda mendidirikan lembaga pendidikan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Mereka harus ditarik ke arah westernisasi. Menurut Snouck Hurgronje, bahwa pendidikan barat itu alat yang paling tepat dan pasti untuk mengurangi dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di Indonesia.[3]
 Dengan adanya Belanda berkuasa pada masa itu, maka Belanda pun menguasai dan mengatur penuh sistem pendidikan dan kehidupan beragama, sesuai dengan prinsip-prinsip kolonialisme, westernisasi dan kristenisasi. Adapun kebijakan pemerintahan Belanda dalam membendung bidang pendidikan Islam telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, yaitu pada pertemuan kedua dan ketiga.
B.     Respon Masyarakat Arab Terhadap Sistem Kolonial Belanda
Untuk mejawab  permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa itu dalam bidang pendidikan, maka dalam hal ini masyarakat Arab di Indonesia memberikan suatu respon dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah dengan mendirikan organisasi-organisasi yang di jiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi, menimbulkan perkembangan dan era baru di lapangan pendidikan dan pengajaran. Dengan kesadaran yang penuh, para pemimpin pergerakan nasional berusaha mengubah keterbelakangan rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional. Usaha mereka diwujudkan dengan mendirikan sekolah-sekolah pertikelir atas usaha para perintis kemerdekaan.
Adapun oraganisasi yang terbentuk didalamnya, adalah mereka yang beranggotakan orang-orang Arab, tapi tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa ada diskriminasi asal-usul.
C.    Organisasi-organisasi yang didirikan Oleh Masyarakat Arab di Indonesia
Lahirnya beberapa organisasi Islam yang didirikan oleh masyarakat Arab di Indonesia lebih banyak kerena di dorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta berbagai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada dikalangan msyarakat Indonesia pada abad ke 19 yang mengalami kemunduran total sebagai akibat dari eksploitasi politik pemerintah kolonial Belanda.
Adapun organisasi yang didirikan oleh masyarakat Arab di Indonesia menurut Andewi Suhartini dalam bukunya,  antara lain:
a.      Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal, 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab. Umumnya anggota dan pimpinannya terdiri dari orang-orang yang berada, yang memungkinkan penggunaan waktu mereka untuk perkembangan organisasi tanpa mengorbankan usaha pencarian nafkah.
Ada dua bidang yang diperhatikan dalam organisasi ini, yaitu:
-          Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar.
-          Pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
Pada organisasi ini kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah tersusun dan terorganisir.
b.      Al-Islah Wal Irsyad
Pada tahun 1914 M, Syeikh Surkati mendirikan perkumpulan Al-Islah Wal Irsyad yang kemudian terkenal dengan sebutan Al-Irsyad dengan haluan mengadakan pembaharuan dalam Islam (reformasi). Anggotanya terdiri dari golongan-golongan Arab bukan golongan Alawi.
Gerakan Islam modern juga dilakukan oleh keturunan Arab. Kelompok sayyid yaitu kelompok yang mengaku keturunan Nabi tetap mengelola Jamiatul Khair, sedangkan kelompok yang bukan keturunan sayyid mendirikan perkumpulan Al-Irsyad pada tahun 1914. Dengan bantuan seorang alim bernama Syekh Ahmad Surkati, asal Sudan, yang semula mengajar di Jamiyatul Khair meneruskan usaha di bidang pendidikan Al-Irsyad. Keturunan Arab di Indonesia jumlahnya cukup banyak sehingga perlu diberi wadah dalam partai khusus, lebih-lebih karena mereka merasa di lahirkan di Indonesia dari wanita Indonesia pula. Karena itulah A.R Baswedan mendirikan Partai Arab Indonesia pada tahun 1934.
Organisasi ini mengorientasikan perhatian pada bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab, atau pun pada permasalahan yang timbul di kalangan masyarakat Arab, walau pun orang-orang Indonesia Islam bukan Arab, ada yang menjadi anggotanya.


[1] Andewi Suhartini,.Sejarah Pendidikan Islam. Direktorat Jenderal    Pendidikan     Islam Departemen Agama Republik Indonesia.,h.146
[2] Ibid,h.146
      [3] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Rajawali Pres. Rajawali Garafindo Persada. (Jakarta: 2004),h.254

Tidak ada komentar:

Posting Komentar